NalarSulut—Kisruh yang dialami atlet Muaythai asal Kota Kotamobagu, Renaldo Kasibulan, terus menjadi sorotan. Peraih medali perak pada Porprov Sulut XII itu mengaku bertanding hingga cedera tanpa satu pun pendamping dan tenaga medis dari Kotamobagu yang hadir.
Pengakuan ini sontak memicu gelombang pertanyaan publik: siapa sebenarnya yang bertanggung jawab?
KONI Kotamobagu: Harus Dievaluasi, Banyak yang Tidak Tahu Siapa Bertanggung Jawab
Wakil Ketua KONI Kotamobagu, Begie Gobel, menegaskan pihaknya akan membuka evaluasi besar-besaran dalam waktu dekat. Evaluasi itu akan melibatkan tiga unsur: Pemkot, pengurus cabor, dan KONI.
“Masih ada beberapa pihak yang belum tahu, ketika atlet cedera itu siapa yang bertanggung jawab. Tanggung jawab itu harus jelas dari lapangan sampai dirujuk ke fasilitas kesehatan,” kata Begie, didampingi Kabid Olahraga Dispora Kotamobagu Hendra Mokoagow, Selasa (2/12/2025).
Ia menuturkan, panitia pelaksana pada dasarnya bertanggung jawab hingga tahap rujukan. Namun setelahnya, harus diperjelas siapa yang mengambil alih, cabor, KONI atau Pemkot.
“Ini yang nanti akan dievaluasi supaya iven berikutnya lebih baik,” tegasnya.
Begie juga mengungkapkan bahwa kasus Renaldo sebenarnya sudah diantisipasi KONI dengan menyiapkan biaya tak terduga. Ia menambahkan, SOP pendampingan atlet selama ini hanya sampai di rumah sakit, padahal beberapa kasus seperti Renaldo membutuhkan penanganan lanjut.
“KONI dampingi sampai RS Hermina. Tapi tidak semua atlet selesai di situ. Ada yang perlu perawatan setelahnya,” jelasnya.
Sementara itu, Kabid Olahraga Dispora Kotamobagu, Hendra Mokoagow, memastikan sebenarnya semua cabor memiliki pendamping berdasarkan SK Wali Kota.
“Untuk Muaythai itu Disperindag dan Ekbang ditugaskan sebagai pendamping,” singkatnya.
Terpisah, Renaldo Kasibulan meluapkan rasa kecewanya. Ia menyebut sejak pelepasan atlet pada 14 November di Rudis Wali Kota, semua dinas pendamping diperkenalkan. Namun ketika perlombaan berjalan, pendamping untuk Muaythai justru lenyap.
“Anehnya, Muaythai tidak ada pendamping sama sekali hingga ivent selesai,” ujarnya.
Renaldo bahkan mengalami cedera parah di bagian kaki pada partai final. Wasit menghentikan pertandingan karena pembengkakan, dan ia langsung dilarikan ke RS Hermina Manado—beruntung ada perwakilan Dispora dan KONI yang dampingi dan membantu pembiayaan.
“Kita sakit hati. Waktu semifinal saja kita tidak tahu mau mengeluh ke siapa karena pendamping dan medis tidak ada,” pungkasnya.
Ironisnya, cabor Muaythai justru menjadi salah satu penyumbang medali terbanyak untuk Kotamobagu: 6 perak dan 4 perunggu dari 10 atlet.
Namun prestasi itu dibayar mahal dengan pengalaman pahit salah satu atlet terbaiknya. (*)







