NalarSulut—Suara perubahan menggema dari Brasil saat delegasi aktivis energi terbarukan Indonesia bertemu Duta Besar RI untuk Brasil, Edi Yusup, pada Sabtu lalu.
Pertemuan ini merupakan bagian dari “Renew Our Power”, sebuah inisiatif global yang menyatukan lebih dari 200 pembaharu dari berbagai negara Global South menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) yang akan digelar November mendatang di Belém, Brasil.
Dalam diskusi hangat itu, delegasi Indonesia berbagi kisah sukses proyek energi terbarukan berbasis komunitas dan menyoroti pentingnya mempercepat transisi energi di Tanah Air. Suriadi Darmoko, Field Organizer dari 350.org Indonesia, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang luar biasa besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal.
“Kita butuh COP30 untuk memastikan transisi ke energi bersih yang cepat, terdanai, dan adil. Transisi ini harus melibatkan pendekatan berbasis hak dan inklusif,” ujar Darmoko, dalam keterangan resminya, Senin 14 April 2025.
Ia juga menyoroti ketimpangan akses energi di berbagai wilayah Indonesia serta dominasi energi fosil dalam bauran energi nasional, yang masih sekitar 85 persen.
Darmoko mendesak agar Indonesia menegaskan komitmen dalam NDC (Nationally Determined Contribution) terbaru yang akan dirilis sebelum COP30. “Komunitas harus dilibatkan lebih dalam. Mereka adalah kunci untuk mempercepat target transisi,” tegasnya.
Salah satu contoh konkret yang diangkat dalam pertemuan tersebut adalah kampanye Resolusi dari 350.org Indonesia. Kampanye ini mendorong inisiatif energi terbarukan dari akar rumput, seperti proyek panel surya di SMA Muhammadiyah 4 Bengkulu. Lewat donasi publik dari 400 orang, sekolah ini berhasil mengumpulkan dana Rp 80 juta untuk memasang panel surya yang kini menyuplai listrik laboratorium komputer dan sistem keamanan sekolah.
“Model ini sangat mungkin direplikasi di lebih dari 1.400 sekolah Muhammadiyah di seluruh Indonesia,” ujar Sutanpri, perwakilan sekolah tersebut.
“Kami membayangkan masa depan pendidikan yang sepenuhnya ditopang energi bersih.”
Duta Besar Edi Yusup menyambut antusias semangat para aktivis muda ini. Ia menegaskan bahwa listrik adalah fondasi utama pembangunan, dan mencontohkan keberhasilan Korea Selatan sejak tahun 1970-an dalam memanfaatkan energi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dubes Yusup juga mendorong kolaborasi Indonesia-Brasil dalam bertukar pengalaman soal pengembangan energi terbarukan.
Menjelang COP30, 350.org Indonesia menyerukan tiga langkah strategis bagi Indonesia:
1. Indonesia perlu menetapkan target penurunan emisi tahun 2035 yang ambisius dan memperkuat target tahun 2030 agar sejalan dengan tujuan net zero tahun 2060—atau lebih cepat.
2. Indonesia harus menyelaraskan komitmen energi nasional dalam NDC terbaru dan Rencana Investasi dan Kebijakan Komprehensif JETP (Just Energy Transition Partnership), dengan memastikan melipatgandakan energi terbarukan dan rencana penghapusan energi fosil yang lebih cepat dan terperinci.
3. Pemimpin masyarakat adat dan komunitas lokal harus memegang kekuatan, suara, dan keterlibatan yang setara dengan para pemimpin dunia di COP30 untuk memastikan tata kelola iklim yang adil, inklusif, dan efektif.
“Sebagai negara kunci di Asia Tenggara, Indonesia punya peluang besar menjadi contoh. Kami berharap Indonesia menyambut seruan Presiden Brasil, Lula da Silva, untuk aksi iklim yang ambisius di lingkup BRICS,” tambah Darmoko.
Renew Our Power bukan sekadar pertemuan, tapi gerakan kolektif dari komunitas global untuk menegaskan: era energi fosil harus berakhir, dan masa depan energi harus adil, bersih, dan inklusif. (*)