NalarSulut—Malam itu, 24 Februari 2025, seharusnya menjadi malam biasa bagi Putri Gona Nender.
Namun, semuanya berubah menjadi mimpi buruk ketika ia mengalami kejadian yang diduga sebagai penganiayaan di Black Owl GS, Jakarta.
Sejak peristiwa itu, kehidupan Putri tak lagi sama. Rasa takut menghantuinya setiap saat. Ia mengalami trauma berat yang membuatnya sulit beraktivitas seperti biasa.
Panic attack kerap datang tanpa peringatan, membuatnya terisak dalam ketakutan yang tak bisa dijelaskan.
“Kami melihat perubahan drastis pada Putri. Ia menjadi pendiam dan sering terlihat gelisah,” ungkap Raissa salah satu kerabat dekatnya, Sabtu 1 Maret 2025.
Tak ingin kondisinya semakin memburuk, keluarga akhirnya membawa Putri ke psikolog dan psikiater untuk mendapatkan penanganan.
Namun, proses pemulihan tak semudah membalikkan telapak tangan. Hingga kini, Putri masih enggan bertemu siapa pun. Ia memilih mengisolasi diri, seakan mencoba melupakan kejadian yang meninggalkan luka mendalam dalam jiwanya.
Trauma bukan sekadar rasa takut sesaat. Bagi Putri, peristiwa itu telah mengubah cara pandangnya terhadap dunia. Tempat-tempat ramai kini menjadi ancaman, interaksi sosial terasa menakutkan, dan kepercayaan pada orang-orang di sekitarnya perlahan memudar.
Ia menjelaskan bahwa trauma seperti ini membutuhkan waktu untuk pulih.
“Butuh dukungan penuh dari keluarga dan lingkungan sekitar agar ia merasa aman kembali,” ujarnya.
Harus ada langkah tegas untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. Sementara itu, bagi Putri, perjalanan menuju pemulihan masih panjang.
Namun, harapan selalu ada, bahwa suatu hari nanti ia akan kembali bangkit, menemukan keberanian untuk menatap dunia dengan senyuman yang pernah ia miliki.
Kepada media, Putri menuturkan saat ini pihak Kepolisian Polda Metro Jaya (PMJ) tengah menangani dugaan kasus penganiayaan yang menimpa dia dan temannya.
“Iya, pada hari Jumat 28 Februari kemarin pihak penyidik telah melakukan olah TKP,” singkat Putri. (*)