NalarSulut—Keberadaan perusahaan tambang seperti PT JRBM di suatu wilayah tentu membawa harapan akan dampak positif bagi masyarakat sekitar.
Sebagai satu-satunya perusahaan tambang resmi di Totabuan-Bolaang Mongondow Raya, PT JRBM saat ini tengah melakukan ekspansi-eksplorasi ke Kabupaten Bolmong Selatan (Bolsel).
Fenomena ini bisa diibaratkan koin bermata dua: di satu sisi, ekspansi ini berpotensi membuka peluang ekonomi baru bagi daerah.
Namun di sisi lain, tanpa pengawasan ketat, eksploitasi ini bisa semakin memperparah ketimpangan sosial dan merugikan generasi mendatang.
Secara makro, keberadaan PT JRBM di Bolsel dapat menjadi katalisator pertumbuhan ekonomi daerah, mulai dari peningkatan pendapatan melalui pajak dan retribusi hingga pembangunan infrastruktur.
Selain itu, ekspansi ini juga bisa membuka lapangan kerja yang lebih luas bagi masyarakat lokal.
Akan tetapi, di balik itu, pertanyaan mendasar yang perlu diajukan adalah: sejauh mana manfaat ini benar-benar dirasakan oleh masyarakat Bolsel, terutama di desa-desa lingkar tambang?.
Apakah tenaga kerja lokal mendapat prioritas dalam rekrutmen, atau justru lebih banyak tenaga kerja dari luar daerah yang dipekerjakan dengan dalih kurangnya SDM berkualitas di Bolsel?.
Persoalan ini semakin relevan ketika dikaitkan dengan aspek pendidikan. Sejauh ini, PT JRBM melalui Corporate Social Responsibility (CSR) memang telah memberikan beasiswa dari tingkat Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi setiap tahun.
Namun, kita perlu menyoroti realitas lain, dimana banyak lulusan S1 dari Bolsel, terutama di desa-desa lingkar tambang, yang tidak terserap ke dalam perusahaan karena latar belakang pendidikan mereka tidak sesuai dengan kebutuhan industri pertambangan.
Menghadapi tantangan ini, secercah harapan terselip kemudian: apakah momentum pemerintahan Bupati Iskandar Kamaru dan Wakil Bupati Deddy Abdul Hamid yang baru memulai lembaran di periode kedua ini, dapat menjawab tantangan tersebut?.
Pemkab Bolsel tentunya diharapkan dapat berperan aktif dan tidak bisa hanya menjadi penonton pasif. Sekiranya ada beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan untuk memastikan keberadaan PT JRBM tidak hanya berorientasi pada eksploitasi sumber daya, tetapi juga berkontribusi terhadap peningkatan kualitas manusia di daerah yang sama kita cintai.
Tiga Langkah Menuju Kualitas SDM
Sekiranya ada tiga hal yang bisa ditempuh untuk mewujudkan hal tersebut:
Pertama: Perjanjian bantuan pendidikan. Pemkab Bolsel perlu merumuskan kesepakatan resmi dengan PT JRBM terkait komitmen perusahaan dalam mencetak tenaga kerja lokal yang kompetitif.
Salah satu bentuknya adalah perjanjian beasiswa pendidikan di bidang teknik pertambangan, geologi, lingkungan, dan manajemen industri bagi anak-anak Bolsel, terutama dari desa lingkar tambang sebagai wilayah yang terdampak.
Kedua: Pelatihan dan sertifikasi keterampilan teknis. Selain beasiswa formal, program pelatihan teknis juga perlu digencarkan.
Banyak posisi kerja di pertambangan mungkin tidak memerlukan gelar S1, tetapi membutuhkan keterampilan teknis yang bisa diperoleh melalui pelatihan dan sertifikasi profesi.
Pemkab perlu mendorong PT JRBM untuk berkolaborasi dengan lembaga pelatihan agar masyarakat lokal memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Ketiga: Prioritas rekrutmen untuk tenaga kerja lokal melalui legitimasi peraturan daerah. Peraturan daerah (Perda) dapat menjadi instrumen hukum untuk mengatur kewajiban perusahaan dalam memprioritaskan tenaga kerja lokal, minimal untuk posisi tertentu.
Sebab, tanpa regulasi yang jelas, perusahaan bisa saja terus merekrut tenaga kerja dari luar dengan alasan kompetensi, tanpa upaya serius dalam membangun kapasitas SDM lokal.
Terakhir, apakah kehadiran PT JRBM akan menjadi peluang untuk peningkatan kualitas manusia lokal? Atau sebaliknya menjadi ancaman baru memperdalam kesenjangan? Kita masih berada di persimpangan antara keduanya.
Jawabannya tergantung pada bagaimana keseriusan pemerintah daerah dan seluruh lapisan masyarakat, dalam mengawal proses ini.
Sebab, jika eksploitasi sumber daya dilakukan tanpa investasi serius dalam peningkatan kualitas manusia lokal, maka manfaat ekonomi yang dijanjikan, bukan tidak mungkin hanya akan dinikmati oleh segelintir pihak.
Lalu, apakah kita hanya akan menjadi penonton dari eksploitasi sumber daya di tanah kelahiran sendiri?. (*)
OPINI Oleh: Rinaldi Potabuga Pegiat LiterasiÂ