NalarSulut—Dugaan tindakan kekerasan seksual menyasar seorang perempuan berinisial MSM yang bekerja sebagai operator Desa di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong).
Naasnya, kejadian dugaan kekerasan seksual itu dilakukan oleh oknum Sekertaris Desa (Sekdes) berinisial JM yang merupakan atasan dari korban.
tindakan tak senonoh itu, terjadi saat Bimbingan Teknis (Bimtek) se-Kecamatan Lolak Kabupaten Bolmong di Manado, pada awal bulan Mei lalu.
Kronologi kejadian
Kepada media ini, korban berinisial MSM menceritakan pada hari Kamis, 1 Mei 2025 lalu, kami persiapan menuju lokasi bimtek di Manado.
“Saya dihubungi oleh terduga pelaku (sekdes,red) untuk mempersiapkan diri berangkat ke Manado. Setelah itu, saya pun sempat mengatakan bahwa tidak jadi ikut bimtek,” papar korban, Sabtu 7 Juni 2025.
Lanjut korban, setelah mendengar itu, sekdes JM, lalu bertanya kenapa tidak jadi pergi, lantas siapa yang akan pegang aplikasi?.
“Nanti, ibu bendahara dan suaminya yang jemput di rumah. Mendengar itu saya pun langsung menjawab ‘iya sek’,” tuturnya.
Dikatakannya, mengingat ibu bendahara tak tahu rumahnya, saya berinisiatif untuk menunggu di depan rumah, agar mereka melihat saya.
“Namun, tak lama kemudian mobil berwarna putih menghampiri saya, dan ternyata bukan ibu bendahara dan suaminya. Melainkan sekdes bersama temannya,” ujarnya.
Usai dari situ, kami masih singgah di rumah sekdes (terduga pelaku,red). Di kediamannya itu, ada istrinya JM, dan beberapa sekdes dari desa lainnya, serta ibu bendahara dan suaminya juga.
“Kami membahas persiapan terkait dengan agenda bimtek tersebut. Setelah bergegas menuju ke mobil untuk menuju ke Manado. Saya sempat bertanya kepada ibu bendahara kenapa tidak bisa pergi bersama-sama. Katanya, masih ada antar berkas ke Boroko, nanti malam baru menuju ke Manado,” ungkap korban.
Perempuan kelahiran tahun 2000 ini, menjelaskan ditengah perjalanan menuju ke Manado, di dalam mobil mereka berbicara tentang hal-hal negatif, dan hanya saya saja yang perempuan.
“Mereka bercanda gurau di dalam mobil itu, saya tidak meresponnya, dan hanya pura-pura tidur, agar terhindar,” ungkapnya.
Sampai di Manado pukul 18.00 WITA, masih sempat singgah di toko untuk pembuatan baju dan Id Card.
Sejam kemudian kami membuka kamar hotel di Manado. Terduga pelaku, kemudian berkata kepada teman-teman panitia lainnya agar membuka dua kamar.
“Saya dan terduga pelaku langsung ke meja resepsionis hotel, dan JM, meminta kepada pegawai hotel untuk membuka 3 kamar. Saya sempat bertanya kenapa 3 kamar. Lalu, JM menjawab yang satu ini punyanya, nanti di kamar itu, saya yang tidur,” sahutnya.
Pada awalnya, korban tidak merasa ada yang janggal. Namun, kecurigaan mulai muncul saat dirinya ditempatkan di kamar 303 tanpa kunci kamar sendiri, dan JM yang juga seorang perangkat desa terus-menerus mengontrol akses masuk dan keluar kamar. Malam harinya, insiden pun terjadi.
Korban menceritakan bahwa setelah korban memberikan uang ke adik pacar korban yang berada di lobi hotel pada malam itu. Korban pun kembali ke kamar 307 (kamar panitia) untuk meminta JM, agar membukakan pintu kamar 303 untuk korban kembali ke kamarnya saat itu sudah jam 00.15 dini hari, JM mengajaknya memeriksa kamar sebelah (kamar 311) yang disebut sedang menunggu rombongan lain.
Namun setelah masuk, korban mendapati dirinya dikunci dari dalam dan JM menunjukan perilaku yang sangat mengganggu, mula berbaring di ranjang, menolak korban MSM untuk keluar kamar hingga menahan pintu kamar dengan wajah menakutkan, hingga korban MSM merasa takut sampai terduduk di sofa, kemudian JM berbaring di paha korban, sembari menunjukan aplikasi bernama Michat yang berisi layanan prostitusi sampai bertanya “masih ada doi (uang)?,” ujar korban MSM, meniru pertanyaan terduga pelaku.
Saat korban mencoba kabur, JM menahan secara fisik, menarik tangan korban hingga terjadi tarik menarik mengakibatkan JM tersungkur ke lantai dan kemudian menahan bahu korban hingga pemaksaan terus terjadi hingga korban MSM teriak “kita nimau sek (aku tidak mau)” untuk menolak. Hanya setelah desakan verbal keras dan upaya fisik korban untuk melawan, JM akhirnya membuka pintu dan membiarkannya keluar.
“Saya gemetar, saya ketakutan, dia sempat cium dahi saya sebelum membiarkan saya keluar kamar,” ungkap korban dengan suara bergetar.
Ia mengaku langsung menelepon adik pacarnya untuk menjemputnya malam itu juga, dan meninggalkan hotel dengan cara diam-diam karena takut JM akan kembali ke kamar.
Korban sempat melaporkan kejadian itu ke sangadi (kepala desa) yang langsung menyarankan agar ia tidak kembali ke kegiatan dan segera pulang ke Lolak. Keesokan paginya, panitia lain sibuk mencari keberadaan korban, namun ia memilih diam dan akhirnya pulang dari Manado ke Lolak.
Namun sangat disayangkan, hingga berita ini ditayangkan, oknum sekdes berinisial JM saat dihubungi dinomor +62 822-9068-XXXX, tidak menjawab pertanyaan dari wartawan terkait persoalan tindakan dugaan kekerasan seksual terhadap operator desa. (*)