NalarSulut—Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) kembali memasuki babak baru dalam pemerintahan dengan dilantiknya pasangan Iskandar Kamaru – Deddy Abdul Hamid sebagai Bupati dan Wakil Bupati.
Sebagai petahana, keduanya bukanlah wajah baru dalam tata kelola pemerintahan daerah. Pengalaman mereka selama satu periode sebelumnya menjadi modal utama dalam memahami dinamika sosial serta merumuskan kebijakan yang lebih matang dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
Keberlanjutan kepemimpinan ini membawa harapan besar bagi rakyat Bolsel, sekaligus menjadi ujian konsistensi terhadap mandat yang telah diberikan untuk kali kedua.
Publik menaruh ekspektasi tinggi agar kepemimpinan ini tidak sekadar mengulang pola kebijakan lama, tetapi mampu menghadirkan terobosan yang lebih progresif dan substantif.
Evaluasi terhadap capaian dan kekurangan di periode sebelumnya menjadi keharusan, agar pembangunan Bolsel benar-benar berjalan menuju perbaikan yang lebih signifikan.
Dalam periode sebelumnya, masyarakat Bolsel telah menyaksikan berbagai pencapaian, termasuk penghargaan ‘Terbaik II se-Sulawesi Utara dalam Penilaian Kinerja 8 Aksi Konvergensi Percepatan Penurunan Stunting Tahun 2023’.
Hal itu merupakan indikator positif terhadap upaya pemerintah dalam menangani isu kesehatan masyarakat. Akan tetapi, pencapaian administratif semacam ini harus diuji dengan realitas di lapangan, terutama dalam memastikan bahwa layanan kesehatan benar-benar dapat diakses secara merata, khususnya di daerah terpencil yang masih menghadapi keterbatasan fasilitas medis dan tenaga kesehatan.
Selain kesehatan, sektor pendidikan juga menjadi prioritas yang harus mendapat perhatian serius. Sebagai daerah yang sedang berkembang, Bolsel harus memastikan akses pendidikan berkualitas bagi seluruh anak-anaknya.
Tantangan seperti profesionalitas tenaga pengajar, infrastruktur sekolah yang belum merata, serta kurangnya angka partisipasi pendidikan tinggi perlu menjadi fokus utama pemerintahan “Iskandar-Deddy” di periode kedua.
Pendidikan bukan hanya tentang seberapa banyak lulusan yang dihasilkan, tetapi juga bagaimana mencetak generasi muda yang memiliki daya saing serta kesiapan menghadapi tantangan global dan era digital.
Di sisi lain, sektor ekonomi dan lingkungan juga menjadi dua isu krusial yang saling berkaitan. Pemerintah harus mampu merumuskan kebijakan ekonomi yang tidak hanya berorientasi pada pertumbuhan, tetapi juga keberlanjutan jangka panjang.
Sektor pertanian dan perikanan, sebagai tulang punggung ekonomi lokal, membutuhkan kebijakan yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim dan tantangan pasar.
Selain itu, pesatnya eksploitasi sumber daya alam di Bolsel juga harus diimbangi dengan regulasi lingkungan yang ketat, agar pembangunan tidak justru merusak ekosistem dan mengancam kehidupan masyarakat di masa depan.
Di tengah upaya pembangunan yang berkelanjutan, Bolsel masih dihadapkan pada persoalan eksploitasi sumber daya alam secara ilegal yang terus berulang. Deforestasi hutan menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.
Dampak dari praktik ilegal ini tidak hanya merusak ekosistem dan mempercepat degradasi lingkungan, tetapi juga memicu ketimpangan sosial serta konflik kepentingan antara masyarakat lokal, pemodal, dan pemerintah daerah.
Pemerintah daerah dituntut untuk tidak hanya mengatur investasi di sektor pertambangan, tetapi juga mengambil langkah tegas dalam menangani eksploitasi liar yang merugikan masyarakat sekitar.
Pengawasan yang ketat, keterbukaan informasi mengenai perizinan, serta kejelasan dampak terhadap ekosistem lokal menjadi aspek yang sangat dinantikan masyarakat.
Tanpa tindakan konkret, Bolsel akan terus berada dalam bayang-bayang eksploitasi yang hanya menguntungkan segelintir pihak, sementara masyarakat luas menanggung dampak buruknya.
Kepemimpinan Iskandar Kamaru – Deddy Abdul Hamid di periode kedua ini akan menjadi tantangan sejauh mana mereka mampu melampaui pencapaian sebelumnya dan menjawab berbagai persoalan yang masih menggantung.
Integritas, transparansi, dan keberanian mengambil kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat menjadi fondasi utama, agar pembangunan tidak hanya menjadi agenda birokratis, tetapi benar-benar berdampak nyata bagi masyarakat Bolsel.
Dengan slogan “IDEAL”, pasangan ini diharapkan untuk membuktikan bahwa visi mereka bukan hanya retorika kosong, tetapi diwujudkan dalam langkah konkret dalam tata kelola pemerintahan.
Peningkatan kualitas layanan publik, pengelolaan sumber daya yang lebih berkeadilan, serta kebijakan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat harus menjadi prioritas utama.
Seorang pemimpin yang “IDEAL” bukan hanya mereka yang memahami birokrasi, tetapi juga mereka yang berani mengambil langkah nyata dan mendengar kritik dari akar rumput.
Masyarakat Bolsel tidak butuh pemimpin yang hanya hadir dalam seremoni dan pencitraan, tetapi yang benar-benar tulus bekerja untuk menjawab kebutuhan rakyat.
Periode kepemimpinan ini akan menjadi penentu, apakah Bolsel akan bergerak menuju perubahan yang lebih baik atau hanya mengulang pola lama tanpa perbaikan yang berarti.
Keberlanjutan pemerintahan bukan sekadar simbol kesinambungan kekuasaan, tetapi harus menjadi kendaraan bagi perubahan yang lebih substansial.
Sejarah akan mencatat, apakah Iskandar Kamaru – Deddy Abdul Hamid sebagai pasangan “IDEAL”, mampu menjadikan Bolsel lebih maju, lebih adil, dan lebih sejahtera, atau justru membawa daerah ini stagnan di persimpangan jalan tanpa arah yang jelas. (*)
OPINI
Oleh: Rinaldi Potabuga Pegiat Literasi